Laman

Minggu, 15 Juni 2014

JAMUR



A.      Ciri-ciri umum
B.       Klasifikasi Jamur
C.      Reproduksi Jamur
D.      Peranan Jamur

A.      Ciri-Ciri Umum
Pada umumnya jamur mempunyai sel banyak (multiseluler) misalnya jamur merang dan jamur tempe, tetapi ada juga yang bersel tunggal (uniseluler) seperti ragi atau yeast/ Saccharomyces. Jamur yang multiseluler tersusun atas benang-benang yang disebut dengan hifa. Jalinan/kumpulan hifa-hifa ini akan membentuk suatu miselium, dan miselium inilah yang tumbuh menyebar di atas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya.
Bagaimana cara jamur mendapatkan makanan? Seperti yang Anda lihat, karena jamur tidak mempunyai klorofil, jadi dia tidak dapat berfoto- sintesis, sehingga hidup secara heterotrof dengan memperoleh zat makanan- nya dengan cara menyerap dari lingkungannya atau substratnya. Tetapi makanannya yang masih berbentuk senyawa-senyawa kompleks akan diu- raikan terlebih dahulu di luar sel jamur, yaitu dengan menghasilkan enzim- enzim hidrolitik ekstraseluler. Makanan jamur bisa berasal dari sumber-sumber seperti tanah subur, produk makanan buatan pabrik, tubuh hewan atau tumbuhan, baik yang sudah mati (sebagai saprofit) atau yang masih hidup. Jamur yang hidup pada inang hidup dapat bersimbiosis mutualisme, yaitu dapat membantu tumbuhan memperoleh mineral dari tanah. Tetapi kebanyakan bersifat parasit, jamur ini memiliki haustorium, yaitu suatu hifa yang khusus digunakan untuk menyerap makanan dari inangnya.
Jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penon- jolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut. a. Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium. b. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
B.     Klasifikasi Jamur
1.      Zygomycotina
Zigomycotina memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.         Hifa tidak bersekat dan bersifat koenositik (mempunyai beberapa inti).
b.        Dinding sel tersusun dari kitin.
c.         Reproduksi aseksual dan seksual.
d.        Hifa berfungsi untuk menyerap makanan, yang disebut rhizoid.
Contoh:
a.         Rhizopus oligoporus (jamur tempe).
b.        Rhizopus nigricans.





Reproduksi Zygomycotina:
a.         Aseksual
1)        Ujung hifa membentuk gelembung sporangium yang menghasilkan spora.
2)        Bila spora jatuh di tempat yang cocok akan tumbuh menjadi hifa baru.
3)        Hifa bercabang-cabang membentuk miselium.
4)        Tubuh jamur terdiri dari rhizoid, sporangiofor dengan sporangiumnya, dan stolon.
5)        Sporangium menghasilkan spora baru.
b.        Seksual
1)        Dua ujung hifa berbeda, yaitu hifa– dan hifa+ bersentuhan.
2)        Kedua ujung hifa menggelembung membentuk gametangium yang terdapat banyak inti haploid.
3)        Inti haploid gametangium melebur membentuk zigospora diploid.
4)        Zigospora berkecambah tumbuh menjadi sporangium.
5)        Di dalam sporangium terjadi meiosis dan menghasilkan spora haploid. Spora haploid keluar, jika jatuh di tempat cocok akan tumbuh menjadi hifa.





2.        Ascomycotina
Ascomycotina memiliki ciri-ciri, antara lain:
a.         Hifa bersekat-sekat dan di tiap sel biasanya berinti satu.
b.        Bersel satu atau bersel banyak.
c.         Beberapa jenis Ascomycotina dapat bersimbiosis dengan ganggang hijau dan ganggang biru membentuk lumut kerak.
d.        Mempunyai alat pembentuk spora yang disebut askus, yaitu suatu sel yang berupa gelembung atau tabung tempat terbentuknya askospora. Askospora merupakan hasil dari reproduksi generatif.
e.         Dinding sel dari zat kitin.
f.         Reproduksi seksual dan aseksual.
Contoh:
a.         Sacharomyces cereviceae, untuk pembuatan roti.
b.        Penicillium chrysogenum, untuk pembuatan antibiotik penisilin.
c.         Penicillium notatum, untuk pembuatan antibiotik penisilin.
d.        Neurospora sitophilla, untuk pembuatan oncom.
e.         Neurospora crassa, untuk penelitian genetika, karena daur hidup seksualnya hanya sebentar.




       Reproduksi Ascomycotina
       Reproduksi dapat dilakukan secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual).
a.         Aseksual
1)        Bersel Satu (uniselluler) Dengan membentuk tunas, misalnya pada Sacharomyces cereviceae.
2)        Bersel Banyak (multiseluler) Dengan konidia (konidiospora), misalnya pada Penicillium. Konidiospora, yaitu spora yang dihasilkan secara berantai berjumlah empat butir oleh ujung suatu hifa, hifa tersebut disebut konidiofor.
b.        Seksual
1)        Bersel satu
Konjugasi antara dua gametangia (misalnya dua sel Sacharomyces, berfungsi sebagai gametangia), menghasilkan zigot diploid (2n). Zigot membesar menjadi askus. Di dalam askus terbentuk delapan askospora yang tersusun dalam dua jalur atau satu jalur. Di dalam askus terjadi meiosis dan terbentuk empat askospora haploid (n).
2)        Bersel banyak
a)        Hifa membentuk antheridium dan askogonium (oogonium).
b)        Askogonium membentuk tonjolan yang disebut trikogen yang menghubungkan antara askogonium dan antheridium.
c)        Inti-inti askogonium berpasangan dan inti tersebut membelah membentuk hifa yang berisi satu pasang inti (hifa dikarion= hifa berinti dua).
d)       Hifa dikarion kemudian memanjang dan membentuk miselium yang akan membentuk badan buah.
e)        Selanjutnya ujung-ujung dikarion membentuk askus.
f)         Dua inti sel bersatu, kemudian mengadakan pembelahan meiosis, sehingga terbentuk askospora yang haploid.
      


3.        Basidiomycotina
Basidiomycotina memiliki ciri-ciri, antara lain:
a.         Hifanya bersekat, mengandung inti haploid.
b.        Mempunyai tubuh buah yang bentuknya seperti payung yang terdiri dari bagian batang dan tudung. Pada bagian bawah tudung tampak adanya lembaran-lembaran (bilah) yang merupakan tempat terbentuknya basidium. Tubuh buah disebut basidiokarp.
c.         Reproduksi secara seksual dan aseksual.
d.        Miselium ada 3 macam, yaitu:
1)        Miselium primer, yaitu miselium yang sel-selnya berinti satu hasil pertumbuhan basidiospora.
2)        Miselium sekunder, yaitu miselium yang sel-selnya berinti dua.
3)        Miselium tersier, yaitu miselium yang terdiri atas miselium sekunder yang terhimpun membentuk jaringan yang teratur pada pembentukan basidiokarp dan basidiofor yang menghasilkan basidiospora.

Contoh:
a.         Volvariella volvacea (jamur merang), enak dimakan.
b.        Auricularia politricha (jamur kuping), enak dimakan.
c.         Amanita caesarina, enak dimakan.
d.        Amanita verma, beracun.
e.         Ganoderma applanatum (jamur kayu).
f.         Puccinia graminis, parasit pada Gramineae.
g.        Puccinia arachidis, parasit pada tanaman kacang tanah.
h.        Phakospora pachyrhizi, parasit pada tanaman kedelai.




            Reproduksi Basidiomycota    
Reproduksi dapat dilakukan secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual).
a.       Aseksual
Dengan membentuk spora vegetatif berupa konidia atau dengan fragmentasi.
b.      Seksual
1)      Spora berinti haploid+ dan haploid– tumbuh menjadi hifa+ dan hifa–.
2)      Hifa+ dan hifa– akan melebur menjadi hifa dikariotik (2 inti).
3)      Hifa dikariotik tumbuh menjadi miselium dan akhirnya membentuk tubuh buah (basidiokarp).
4)      Ujung-ujung hifa pada basidiokarp menggelembung (disebut basidium) dan dua inti haploid menjadi satu inti diploid.
5)      Inti diploid membelah secara meiosis menjadi 4 inti haploid. Basidium membentuk 4 tonjolan dan masing-masing tonjolan diisi 1 inti haploid yang akan berkembang menjadi spora disebut basidiospora.
6)      Basidiospora yang sudah masak akan terlepas dari basidium dan jika jatuh di tempat yang cocok akan tumbuh menjadi hifa.

 
4.        Deuteromycotina
Ciri-ciri Deuteromycotina:
a.         Hifa bersekat dan dinding sel tersusun dari bahan kitin.
b.        Terbentuk spora secara vegetatif dan belum diketahui fase kawinnya (jamur tidak sempurna atau imperfekti).
c.         Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
d.        Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan-hewan ternak, manusia, dan tanaman budidaya.

Contoh:
a.         Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
b.        Epidermophyton, Microsporum, penyebab penyakit kurap.
c.         Melazasia fur-fur, penyebab panu.
d.        Altenaria sp. hidup pada tanaman kentang.
e.         Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
f.         Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala. 





C.      Peranan Jamur
1.        Lichenes
Lumut kerak mempunyai ciri-ciri,antara lain:
a.         Terdiri dari dua organisme yang bersimbiosis, yaitu dari Ascomycotina dan Basidiomycotina dengan alga biru atau alga hijau.
b.        Habitat lumut kerak biasanya pada pohon, di tanah, batu karang. Sebagai pelopor kehidupan, lumut kerak dapat tumbuh pada substrat tempat tumbuhan lain tidak dapat hidup. Susunan thalus alga terdiri komponen thalus. Apabila banyak polusi udara maka Lichens tidak ada.
c.         Bentuk tubuh berupa talus yang tipis, pada irisan melintang talus terlihat bagian luar berupa miselium yang kompak dan bagian dalam berupa hifa yang tidak kompak dan di antaranya terdapat kelompok alga.
d.        Reproduksi secara aseksual dengan fragmentasi atau soredium (beberapa sel ganggang yang terbungkus oleh hifa jamur). Secara seksual terjadi pada masing-masing anggota simbiosis (simbion). Contoh: Physcia, Parmelia, Usnea sp.




2.      Mikorhiza
Merupakan jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Jamur yang membentuk mikoriza berasal dari golongan Zygomycotina, Ascomycotina, atau Basidiomycotina. Mikoriza dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
a.       Ektomikoriza, hifa tidak menembus ke dalam akar (korteks) hanya sampai epidermis, contoh ektomikoriza pada pinus.
b.      Endomikoriza, hifa jamur menembus akar sampai ke bagian korteks. Contoh: endomikoriza pada tanaman anggrek dan sayuran seperti kol dan bit.